Rabu, 30 November 2016

Stop Drinking Softdrink, Weight Loss Women's Tu

Stop Drinking Softdrink, Weight Loss Women's Tu
A British woman who daily drank four liters of cola managed to lose weight up to 50 kilograms after she stopped taking the drinks tersebut.Sarah Turner (27) from Birmingham, previously weighed more than 111 kilograms. "" I did kecandungan on soda. I drink it all day and not thinking about the consequences on the body, "" katanya.Turner then choose to follow a weight loss program Slimming World because he was in poor health. "" I always felt tired and no energy to do anything, ' "said the mother of three children ini.Dalam weight loss program, it is required to stop taking softdrinik. He also followed a diet consisting of potatoes, beans, and protein. "" Now I feel more energized and everywhere always on foot. Previously I was not strong, '' said Turner, who now can wear normal sized again.Many people do not realize how much the amount of sugar in drinks, including drinks that are considered '' healthy '', such as fruit juice or water that has flavor and aroma. Research shows that eating 340 ml (less than one cans) of sugary drinks every day can increase the risk of diabetes mellitus up to 22 percent. Meanwhile, taking the cans of soda each day contributes to weight gain up to 6.75 kilograms in a year. Especially if we do not balance it with enough physical activity.


manfaat green coffee

Sabtu, 05 November 2016

Bank Dunia : Berbelanja Kesehatan Indonesia Begitu Rendah

harga smart detox murah

Bank Dunia : Berbelanja Kesehatan Indonesia Begitu Rendah

Bank Dunia mengungkap, alokasi berbelanja bidang kesehatan Indonesia masihlah begitu rendah dibanding alokasi sama negara-negara dengan tingkat pendapatan yang sama. Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Joachim von Amsberg di Jakarta, Rabu (27/5), mengungkap laporan yang di keluarkan instansi internasional itu kalau dari keseluruhan berbelanja satu tahun, berbelanja Indonesia di bidang ini tak kian lebih 2 % product domestik bruto (PDB) nasional. Dari keseluruhan berbelanja nasional sebesar 2 % PDB itu, setengahnya dialokasikan dari sumber pemerintah serta sepertiganya dialokasikan dari berbelanja kesehatan rumah tangga, yang mana peran berbelanja pemerintah sendiri cuma meraih 5 % dari keseluruhan berbelanja APBN.   Indonesia masihlah hadapi tantangan cukup penting dalam meningkatkan serta melakukan reformasi pembiayaan kesehatan yang efisien serta berkepanjangan, tuturnya. Rendahnya berbelanja kesehatan nasional, berdasar pada laporan instansi keuangan yang berbasiskan di Washington DC, AS, itu, Indonesia memberi akses kesehatan basic pada semuanya orang-orangnya baru lewat 8. 000 puskesmas, 22. 200 puskesmas pembantu, serta 5. 800 puskesmas keliling dalam 40 th. paling akhir.   Di segi lain, rasio pemakaian jumlah tempat tidur rumah sakit nasional juga cuma sebesar 60 %, tambah lebih rendah di banding negara-negara dengan tingkat pendapatan yang sama. Bahkan juga di segi tenaga kesehatan, tenaga kerja kesehatan Indonesia masihlah relatif lebih kecil di banding negara lain yang mempunyai jumlah tenaga kesehatan dengan kwalitas serta efisiensi yang tambah baik.   Mengacu pada keadaan itu, tulis Bank Dunia, meski tingkat kesehatan nasional relatif lebih baik,  tetapi masihlah ketinggalan di banding pencapaian negara-negara lain. Bank Dunia juga mencatat, umur harapan hidup bertambah dari 52 th. jadi 70 th., angka kematian bayi sebelumnya setahun menyusut jadi 30 di banding 100 dari 1. 000 bayi, penurunan angka fertilitas dari 4, 7 anak per wanita jadi 2 anak per wanita. Walaupun ada perbaikan mengagumkan ini, menurut Joachim, prestasi Indonesia nyatanya tak seluar umum pencapaian negara-negara tetangganya. Bahkan juga untuk sebagian hasil kesehatan, seperti tingkat kematian ibu, Indonesia masihlah jauh dibawah prestasi negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan serta pengeluaran kesehatan yang sepadan.   Sementara itu, pemerintah membagikan biaya kesehatan sebesar Rp 18, 8 triliun atau 2, 49 % dari keseluruhan APBN th. 2008, sedang pada th. 2009 biaya kesehatan naik jadi 2, 64 % dari keseluruhan APBN.   Analis Bagian Kesehatan Bank Dunia Pandu Harimurti menyebutkan, pemerintah semestinya mulai pikirkan pengalokasian berbelanja kesehatan yang lebih cocok, mengingat tingkat keperluan pendanaannya jadi semakin besar di banding sekarang ini.   Tetapi yang lebih utama yaitu efektivitas berbelanja yang sudah dialokasikan, tuturnya. Menurut dia, penambahan kesejahteraan orang-orang domestik bikin jumlah masyarakat dengan lanjut usia akan alami penambahan tajam yang diproyeksikan mencapai puncak th. 2025.  Ini berarti, keperluan pemeliharaan tingkat kesehatan masyarakat akan bertambah tajam. Karenanya, nampaknya pemerintah butuh lakukan analisis ketersediaan ruangan fiskal dalam pembiayaan system asuransi kesehatan yang ada, tuturnya.